PENDAHULUAN
Latar Belakang
Telah kita ketahui bahwa reproduksi
merupakan salah satu proses yang tidak lepas dari kehidupan mahkluk hidup pada
umumnya, proses reproduksi merupakan carasuatu organisme untuk dapat menjaga
dan melestarikan kelangsungan hidup spesiesnya agar tidak punah. Melalui
reproduksi keseimbangan alam akan terus terjaga. Dalam proses reproduksi sangat tergantung pada peraran peran dari
oragan-organ reproduksi, baik itu pada hewan jantan maupun pada hewan betina.
Alat kelamin
betina dapat dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu 1) Ovarium, 2) saluran
reproduksi ( oviduct, uterus, servix, dan vagina), dan 3) alat kelamin luar (
klitoris dan vulva).
Hewan betina
tidak hanya menghasilkan sel-sel kelamin betina yang penting untuk membantu
suatu individu baru, tetapi juga menyediakan lingkungan dimana individu
tersebut terbentuk, diberi makan dan berkembang selama masa- masa permulaan
hidupnya. Fungsi-fungsi ini dijalankan oleh organ-organ reproduksi primer dan
sekunder. Organ reproduksi primer, ovaria, menghasilkan ova dan hormon-hormon
kelamin betina Organ-organ reproduksi sekunder atau saluran reproduksi terdiri
dari tuba fallopii (oviduct), uterus, cervix, vagina dan vulva.
Organ-organ reproduksi sekunder adalah menerima dan menyalurkan sel-sel kelamin
jantan dan betina, memberi makan dan melahirkan individu baru. Alat-alat
kelamin dalam digantung oleh ligamentum lata. Ligament ini terdiri dari mesovarium,
mesosalpinx dan mesometrium yang masing-masing menggantung ovarium, tuba
fallopii dan uterus.
BAB II
TINJAUAN PERPUSTAKAAN
Hewan betina
tidak hanya menghasilkan sel-sel kelamin betina yang penting untuk suatu
individu baru, tetapi juga menyediakan lingkungan dimanaindividu tersebut
terbentuk, diberimakan dan berkembang selama masa – masa permulaan hidupnya.
Fungsi – fungsi ini dijalankan oleh organ-organ reproduksi primer dan sekunder. (Aninomous, 2009)
Alat kelamin betina dapat dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu :
- Gonad atau oavarium, merupakan bagian alat kelamin yang utama :
Ovarium menghasilkan sel telur, oleh karena itu dalam bahsa indonesia yang
seringkali disebut induk telur, indung telur atau ada pula yang memberikan
nama pengarang telur.
- Saluran-saluran reproduksi betina terbagi menjadi : oviduct atau tuba
falopii, uterus yang terbagi lagi atas kornua uteri dan korpus uteri,
serviks dan vagina.
- Alat kelamin bagian luar terdiri atas : klitoris dan vulva (Toungku.N. 2006)
Fungsi organ-organ reproduksi
sekunder adalah menerima dan menyalurkan sel-sel kelamin jantan dan betina,
memberi makan dan melahirkan individu baru. Alat-alat kelamin dalam digantung
oleh ligamentum lata. Ligament ini terdiri dari mesovarium, mesosalpinx dan
mesometrium yang masing-masing menggantung ovarium, tuba fallopii dan
uterus. Pada sapi dan domba, pertautan ligamentum lata adalah dorsolateral, di
daerah ilium, sehingga uterus terletak bagaikan tanduk domba jantan cekung ke
arah dorsal dan ovaria terletak dekat pelvis. (Aninomous, 2009)
Ovum (sel telur) dilepaskan dari
ovary dimana (dalam keadaan normal) terjadi proses pembuahan (fertilisasi),
dalam perjalanan ovum dari ovary menuju keuterus. Didalam uterus telur yang
sudah dibuahi itu berkembang menjadi embrio dan berkembang menjadi fetus, yang
pada akhirnya keluar dari uterus menuju vagina dan vulva, sebagai anak yang
baru lahir (neonat) (Fransons. R.D.
1996)
BAB III
PEMBAHASAN
Secara anatomi, alat kelamin betina dapat dibagi menjadi 3 bagian besar
yaitu 1) Ovarium, 2) saluran reproduksi ( oviduct, uterus, servix, dan vagina),
dan 3) alat kelamin luar ( klitoris dan vulva)
Berbeda dengan testis, ovarium
tertinggal di dalam cavum abdominalis. Ovarium mempunyai dwifungsi, sebagai
organ eksokrin yang menghasilkan sel telur atau ovum dan serbagai organ
endokrin yang mensekresikan hormon-hormon kelamin betina, estrogen dan
progesterone, bentuk dan ukuran ovarioum berbeda-beda menurut species dan fase
siklus birahinya.
Bagian ovarium yang tidak bertaut
pada mesovarium menonjol ke dalam cavum abdominalis. Pada permukaan inilah
folikel ovarii menjulang keluar, sebagaimana ditemukan pada sapi, domba dan
babi. Ovarium terdiri dari medulla dan cortex, dikelilingi oleh epithel
kecambah dan pada umumnya bertambah berat 4 sampai 7 kali berat sewaktu lahir
pada waktu hewan menjelang pubertas. Medulla ovari terdiri dari jaringan
ikat fibrio-elastik yang tidak teratur, dan sistem syaraf dan pembuluh darah
yang memasuki ovarium melalui hillus (pertautan antara ovarium dan
mesovarium). Arteria tersebut tersusun dalam satu bentuk spiral yang
definitive. Cortex merupakan tempat pembentukan ovum dan hormon, jaringan ikat
cortex mengandung banyak fibroblast, beberapa kolagen dan serabut-serabut
retikuler, buluh-buluh darah, lymphe, syaraf dan serabut-serabut otot licin.
Sel-sel jaringan ikat dekat permukaan tersusun sejajar dengan permukaan ovarium
dan agak lebih padat dari pada sel-sel yang terletak kearah medulla.
Pada sapi ovarium berbentuk oval dan bervariasi dalam ukuran panjang, lebar
dan tebal masing-masing 1,3 -5,0 cm, 1,3-3,2 cm dan 0,6-1,9 cm, ovarium kanan
umumnya agak lebih besar daripada ovarium kiri, karena secara fisiologik
ovarium kanan lebih aktif. Folikel mencapai kematangannya melalui
tingkatan-tingkatan perkembangan folikel-folikel primer, sekunder, tertier
(yang sedang bertumbuh). Folikel sekunder berkembang ke arah pusat stroma cortex sewaktu kelompok
sel-sel folikel yang memperbanyak diri membentuk suatu lapisan multiseluler
sekeliling vitellus, pada stadium ini terbentuk suatu membrane, zona pellucida,
antara oogonium dan sel-sel folikuler. Folikel tertier
timbul sewaktu sel-sel pada lapisan folikuler memisahkan diri untuk membentuk
tepian dan suatu rongga, atau kemana oogonium akan menonjol. Antrum dibatasi
oleh banyak lapisan sel folikuler yang dkenal secara umum sebagai membrane
granulosa,dan diisi oleh suatu cairan jernih, liquor foliculli, yang
kaya akan protein dan estrogen.
Diameter folikel De Graaf
berbeda-beda menurut jenis hewan. Karena ukurannya yang selalu bertambah,
folikel De Graaf yang matang menonjol keluar melalui cortex ke permukaan
ovarium bagaikan suatu lepuh. Pertumbuhanya
meliputi dua lapis sel stroma cortex yang mengelilingi sel-sel folikuler.
Lapisan sel-sel tersebut membentuk theca folliculi yang dapat dibagi
atas theca interna yang faskuler dan theca externa yang fibrous. Kemungkinan
estrogen disekresi langsung dari sel-sel theca interna ke dalam folikel melalui
suatu selubung dasar, membrana propria, yang memisahkan theca interna dari
membrana granulosa. Dengan perkembangan pesat buluh-buluh darah cortex di
sekeliling folikel, dan pembentukan dua lapisan theca, suatu jalan vaskuler
berbentuk keranjang berkembang di sekeliling folikel, terutama pada theca
interna.
Jumlah folikel De Graf yang
terbentuk per siklus birahi tergantung pada hereditas dan faktor-faktor
lingkungan. Pada sapi dan kuda, satu folikel biasanya berkembang lebih cepat
daripada yang lain sehingga pada saat estrus hanya satu ovum yang dilepaskan.
Folikel-folikel selebihnya beregresi dan menjadi atretik. Baik derajat
perkembangan folikel atau jumlah yang menjadi matang tergantung pada
gonadotropin hypopyseal. Banyak folikel
bertumbuh selama fase-fase pertama estrus, sedangkan hanya sedikit yang menjadi
matang. Hal ini mungkin hanya sedikit hormon yang dibutuhkan untuk memulai
pertumbuhan folikel dibandingkan dengan untuk mempertahankan folikel yang lebih
besar sampai mendekati ovulasi. Penyuntikan hewan dengan gonadotropin dalam
dosis tinggi dapat memperbanyak jumlah folikel yang menjadi matang ( super
ovulasi).
Pada ovulasi pemecahan folikel De
Graf terjadi pada saat ovum dilepaskan dari ovarium, suatu proses yang disebut
ovulasi. Sebelum ruptura folikel terjadi, ovum dibungkus oleh suatu massa padat
sel-sel foliker, cumulus oophorus, yang tersembul kedalam antrum yang penuh
berisi cairan, cumulus oophorus umumnya bertaut pada sel-sel granulosa yang
terletak bertentangan dengan sisi yang akan pecah. Ruptura itu sendiri
berlangsung pada apex folikel, lapisan terluar terlepas lebih dahulu. Lapisan dalam menyusup melalui celah tersebut dan membentuk suatu papila
atau stigma. Stigma menipis, menggembung ke permukaan ovarium, dan menjadi sama
sekali tidak berbuluh darah. Stigma yang menggembung segera pecah melepaskan
sedikit cairan folikuler tipis. sesudah suatu interval singkat, masa ovum
bergerak ke arah celah dan makin memanjang selama gerak majunya. Semakin banyak
cairan bergerak melalui celah tersebut membawa ovum yang telah diputuskan
hubunganya dengan cumulus oophorus selama fase-fase terakhir perkembangan folkuler,
sel teluir yang terbawa keluar kerongga perut tertadah oleh ujung tuba fallopii
yang ber fimbriae. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan ovulasi tergantung
pada lokasi ovum di dalam folikel. Waktu tersebut akan lebih singkat jika sel
telur berada pada dasar folikel daripada bila ia terletak dekat stigma yang
menjendol.
Segera setelah ovulasi rongga
folikel diisi oleh darah dan lymphe,membentuk corpus haemorrhagicum. Struktur ini relatif lebih besar pada babi daripada sapi dan domba.
Membrana granulosa melipat dan sel-sel granulosa yang hypertrophis berbentuk
tali yang membentangsecara radial dari periphery ke sentral rongga. Sel-sel
theca interna dengan pembuluh-pembuluh darahnya kemudian memasuki massa ini.
Perubahan-perubahan selanjutnya tergantung apakah ovum dibuahi atau tidak.
Corpus luteum yang matang terutama terdiri dari sel-sel lutein yang tersusun
dalam kolom-kolom yang dipisahkan oleh buluh-buluh darah dan jaringan ikat.
Selama perkembangannya ,ia dimasuki oleh suatu jala kapiler yang ekstensif.
Bentuk corpus berbeda menurut species, pada sapi dan kuda sel-sel lutein
mengandung suatu pigmen lipochrom kuning, lutein, pada domba dan babi,
corpus luteum berwarna daging karena sel-sel granulosannya tidak mengandung
pigmen tersebut.
Pertambahan berat corpus luteum
sangat cepat pada permulaan pertumbuhannya. Pada umumnya, periode corpus luteum
agak lebih lama dari setengah lamanya siklus birahi. Pabila terjadi
kebuntingan, corpus luteum mempertahankan ukuran besarnya. Corpus berfungsi selama
kebuntingan pada semua ternak mamalia kecuali pada kuda. Corpus luteum
kebuntingan dikenal sebagai corpus luteum verum dan dapat lebih besar
daripada corpus luteum spurium (badan kuning semu) dari siklus
birahi. Pada sapi, corpus luteus verum bertambah besar sampai bulan kedua dan
ketiga, kemudian menurun sampai bulan keempat dan keenam masa kebuntingan dan
selanjutnya relatif konstan sampai partus.
2. Tuba Fallopii (oviduct)
Tuba fallopii atau oviduct
merupakan saluran kelamin paling anterior, kecil, berliku-liku dan terasa
seperti kawat terutama pada pangkalnya. Panjang dan
derajat liku-likunya berbeda-beda menurut species. Pada sapi dan kuda oviduct
panjangnya mencapai 20-30 cm, dengan diameter 1,5-3,0 mm, panjangnya pada babi
dan domba mencapai 15 sampai 30 cm. Tuba fallopii tergantung di dalam
mesosalpinx, dibagi atas infudibulum dengan fimbriae, ampula, dan isthmus.
Ujung oviduct dekat ovarium membentang ternganga membentuk suatu struktur
berupa corong infudibulum. Antara ovarium dan tuba fallopii terdapat
suatu hubungan anatomic yang intim, walaupun tidak tersambung dalam arti kata
yang sebenarnya, pada ternak mamalia, ovarium terlertak di dalam bursa ovarii
yang terbuka, pada sapi dan domba bursa ovarii cukup lebar dan terbuka, pada
babi ia agak menutupi ovarium.
Tuba fallopii tergantung di dalam
mesosalpinx, ia dapat terbagi atas infudibulum dengan fimbriae-nya, ampula,
isthimus. Ujung oviduct dekat ovarium membentang terngaga membentuk struktur
berupa corong, infudibulum. Ampula tuba fallopii merupakan setengah dari
panjang tuba dan bersambung dengan daerah tuba yang sempit, isthimus. Arti anatonik dan fisiologik pertemuan ampulla-isthmus belum diketahui.
Isthmus dihubungkan secara langsung ke cornua uteri (pada kuda Isthmus memasuki
cornua dalam bentuk suatu papila kecil). Tidak ada otot sphincter dalam arti
sebenarnya pada daerah pertemuan utero-tubal. Pada babi pertemuan ini
dilengkapi dengan penonjolan-penonjolan mucosa panjang berbentuk jari yang
berasal dari oviduct memasuki lumen uterus sebagai lipatan-lipatan yang cukup
baik pemberian darahnya (Hook dan Hafez, 1969).
a. Struktur tuba fallopii
Fimbriae yang dibentuk oleh
jaringan erektil mengandung suatu jala serabut-serabut otot dan suatu cincin
buluh darah besar, terutama venae. Pada waktu ovulasi, buluh-buluh darah
tersebut penuh terisi darah, mengakibatkan pembesaran dan penegangan fimbriae.
Penegangan ini, bersama kontraksi otot-otot, membawa ostium tuba fallopii
mendekati permukaan ovarium.
Dinding tuba fallopii terdiri
atas mucosa, muskulatur dan selaput serosa di bagian luar. Tipe mucosa dan
musculatur berbeda-beda pada berbagai bagian tuba. Mucosa membentuk
lipatan-lipatan primer besar dan lipatan-lipatan sekunder kecil, yang tidak
berarti di dalam isthmus terapi berlimpah-limpah di dalam ampula.
Lipatan-lipatan mucosa tersebut lebih nyata pada kuda dan babai daripada sapi
dan domba. Pada kedua jenis ternak tersebut terakhir terdapat empat lipatan
primer longitudinal, masing-masing mengandung lipatan-lipatan sekunder,
sedangkan pada kuda, ampula dapat memiliki sampai 60 lipatan-lipatan sekunder.
Mucosa terdiri dari sel-sel
epithel permukaan, serabut-serabut otot, dan suatu jaringan ikat dibawahnya
yang mengandung buluh-buluh darah dan limfe. Pada ujung yang mendekati ovarium,
lumen oviduct dibatasi oleh epithel columner tang bercilia, sel-sel ini agak
berkurang pada ujung yang mendekati uterus. Disamping sel-sel bercilia,
ditemukan pula paling sedikit dua tipe sel lain, yaitu sel-sel sekretoris
columnar tanpa cilia dan sel-sel berbentuk batang columnar tipis. Selama siklus
birahi, terdapat perubahan-perubahan ukuran sel-sel epithel, aktifitas sel-sel
sekretoris, dan banyaknya cilia dan kapiler-kapiler subephitelial. Sel-sel yang tidak bercilia makin menjadi sekretoris aktif selama estrus
dan sebelum partus.
Bagian muskulatur terdiri dari
satu lapisan serabut-serabut otot sirkuler atau spiral bagian dalam dan selapis
luar berkas-berkas longitudinal. Otot-otot licin memeasuki mucosa dan
memungkinkan kontraksi-kontraksi yang terkoordiner pada seluruh dinding tuba
fallopii, tebal otot oviduct meninggi dari ujung ujung ovarial ke ujung uteri.
Serosa terdiri dari jaringan ikat dan selubung luar yang terbentuk dari
peritoneum, saluran darah untuk tuba fallopii datang dari arteria utero-ovarii,
inervasi sama dengan untuk uterus dan ovarium.
b. Fungsi tuba fallopii
Tuba fallopii
mempunyai fungsi yaitu :
1. Menerima telur yang
diovulasikan oleh ovarium.
2. Menerima spermatozoa dari
uterus
3. Mempertemukan ovum dan spermatozoa
4. Menyalurkan ovum yang telah dibuahi ke dalam uterus
5. Menyeleksi sperma yang akan
masuk ke dalam tuba fallopii dari uterus
6. Tempat terjadinya kapasitasi
spermatozoa.
c. Anatomi
perbandingan oviduct pada beberapa jenis hewan
•
Domba
berliku & lbh panjang (15 - 20 cm) dibanding sapi
•
Babi
berliku, infundibulumnya, yg ada di permukaan dlm bursa, hampir seluruhnya
menelan ovary Panjang : 14 - 28 cm & memipih yang menuju ke uterus
•
Kuda
mengembang dgn mendadak yang menuju ke infundibulum, lebih tebal dibanding
oviduct spesies lain & kurang mengembung, shg hanya menutupi daerah fossa
ovary tanpa menutupi bagian lain Panjang: 20 - 30 cm & menjadi berliku
ketika melalui mesosalpinx yg akhirnya menyatu dengan uterus
3. Uterus
Uterus adalah suatu struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk
penerimaan ovum yang telah dibuahi, nutrisi dan perlindungan foetus, dan
stadium permulaan ekspulsi foetus pada waktu kelahiran. Uterus terdiri dari cornua,
corpus dan cervix. Uterus pada hewan kebanyakan terdiri atas sebuah korpus
uteri dan dua buah kornua uteri, dinding uterus terdiri dari 3 lapis dari luar
ke dalam yaitu :
a. Membrane serosa (merupakan dinding paling luar)
b. Myometrium (lapisan urat daging licin yang terdiri dari 3 lapis yaitu:
serabut urat daging licin yang berjalan longitudinal, lapis tengah yang
mengandung urat syaraf dan pembuluh darah, lapis serabut urat daging licin yang
berjalan circular.
c. Endometrium (terdiri atas epitel, lapisan kelenjar kelaenjar uterus dan
tenunan pengikat).
Pada ruminansia, cornua uteri
khusus berkembang baik karena disinilah tempat pertumbuhan foetus, pada kuda,
perkembangan foetus terjadi di dalam corpus uteri, sebagai akibatnya cornua
uteri tidak berkembang dengan baik. Kedua cornea uteri dipertautkan pada
dinding pelvis dan dinding abdomen oleh ligamentum lata. Pada ternak pluripara
ligament-ligamen uterus mengembang dan uterus menggantung ke rongga pelvis,
pada kuda keadaan ini dapat menghambat penyingkiran cairan endomentrium atau
malah memungkinkan sedikit urine masuk melalui cervix selama estrus dan
mengakibatkan perdarahan catarrhal ringan. Cervix atau leher uterus merupakan
suatu otot sphincter tubuler yang sangat kuat dan terdapat antara vagina dan
uterus. Dindingnya lebih keras dan tebal dan lebih kaku daripada dinding uterus
atau vagina.
a. Struktur uterus
- Sapi
Disebelah cranial gerbang pelvis dgn cervix berada pada rongga pelvis.
Uterus segaris dgn lantai pelvis, menggulung ke depan saat berjalan ke cranial.
Panjang badan uterus 3 cm, panjang tiap tanduk 40 cm. Diameter bgn tengah
tanduk uterus 3 cm & memipih pada bgn yg mendekati oviduct
Peritoneum membungkus badan uterus shg uterus tampak lebih panjang dari
ukuran sejatinya. Intercornual ligaments melekatkan ke-2 tanduk di
daerah badan uterus
Tanduk uterus berjalan ke cranial & membentuk spiral saat berjalan ke
ventral, caudal & dorsal yg ditunjang oleh pita lebar. Ujung-2 kedua tanduk
uterus melipat kebelakang - membentuk huruf S.
Dinding uterus terdiri dari
selaput mucosa di bagian dalam, selapis otot licin di bagian tengah, dan
selaput serosa di bagian luar, ialah peritoneum. Dari segi fisiologik, hanya dua lapisan uterus yang dikenal (endometrium
dan myomentrium).
Endomntrium adalah suatu struktur
granduler yang terdiri dari lapisan epithel yang membatasi rongga uterus,
lapisan granduler dan jaringan ikat. Tebal dan vaskulerisasi endomentrium
bervariasi sesuai dengan perubahan-perubahan hormonal ovarial dan kebuntingan.
Permukaan dalam uterus ruminansia
mengandung penonjolan-penonjolan seperti cendawan dan tidak berkelenjar, carunculae
yang tersusun dari empat jalur, mulai dari corpus uteri ke kedua cornua uteri
dan terdiri dari jaringan ikat seperti yang ditemukan dalam stroma cortex
avarii. Daerah yang lebih dalam di antara penonjolan-penonjolan tersebut kaya
akan buluh-buluh darah tetapi tidak mengandung kelenjar, uterus sapi yang tidak
bunting memiliki 70-120 corunculae, masing-masing berdiameter 15,0 mm. Selama
kebuntingan carunculae dapat mencapai diameter 10,0 cm dan terlihat seperti
spon karena banyak lubang-lubang kecil (crypta) yang menerima villi chorionik
placental.
Kelenjar-kelenjar uterus tersebar
di seluruh endometrium kecuali pada carunculae, kelenjar-kelenjar tersebut
bercabang, tubuler, berliku-liku terutama pada ujungnya, dan kepadatanya
berfariasi menurut species, bangsa paritas dan siklus birahi. Variasi kepadatan
atau jarak antara satu kelenjar dengan satu yang lain selama siklus birahi
sebagian besar disebabkan oleh perubahan-perubahan diameter dan jumlah
substansi dasar stroma. Jumlah kelenjar
makin banyak ke arah cornua uteri dan kurang ke arah cervix. Kelenjar-kelenjar
ini dapat cepat diperbanyak dengan penguncupan dan pertumbuhan keluar dari
daerah basis kuncup-kuncup kelenjar yang tidak sampai ke permukaaan menggembung
dan menjadi cystik.
Selama proestrus, sewaktu
endometrium berada dibawah pengaruh estrogen (fase folikuler), faskularisasi
endometrium bertambah, epithel permukaan berbentuk columnar pendek dan
kelenjar-kelenjar sedikit bertumbuh, walaupun tetap lurus dengan beberapa
cabang, sebagai akibat dari perubahan-perubahan di dalam ovarium pada waktu
estrus, endometrium kemudian berada di bawah kontrol corpus luteum yang
menghasilkan progesteron. Pada permulaan diestrus (fase luteal), endometrium
bertambah tebal, epithel permukaan menjadi columnar tinggi dan
kelenjar-kelenjar uterus mencapai puncak perkembangannya (lebih besar, lebih
berbelit dan bercabang). Selama periode ini kelenjar-kelenjar tersebut bersifat
sekretoris terhenti.
b. Fungsi uterus :
- Pada waktu estrus
kelenjar endometrium menghasilkan cairan uterus yang diperlukan spermatozoa
yang masuk ke uterus untuk kapasitasi, pada waktu kopulasi, uterus
berkontraksi, ini diperlukan bagi pengangkutan spermatozoa dari uterus ke tuba
fallopii.
- Pada waktu mesestrus dan awal diestrus
Setelah ovulasi sel terbentuk dan dan hormon progesterone dihasikan, jika
telur telah dibuahi dan masuk ke uterus maka cairan uterus merupakan substrat
yang cocok bagi pertumbuhan embrio muda, pertumbuhan konseptus berjalan terus
hingga menemukan tempat yang cocok untuk melekat pada endometrium, jika
konseptus selamat dan tumbuh menjadi embrio, maka hewan menjadi bunting dan
uterus mengalami perubahan besar secara perlahan-lahan.
- Pada waktu kebuntingan
Jika hewan bunting, uterus membesar secara perlahan sesuai dengan
pertumbuhan embrio, pembesaran ini cukup menakjubkan karena dalam tubuh tidak
ada alat tubuh yang mengalami pembesaran seperti uterus
- Pada waktu melahirkan
Serabut dan urat daging licin yang terdapat dalam dinding uterus terjadi
karena rangsangan hormone oxytocine mulai berkontraksi, kontraksi ini sangat
kuat hingga pada sapi kuat mengangkat fetus sebesar 50 kg dari besar abdomen.
- Pada waktu selesai partus
Uterus mengalami perubahan yaitu pengecilan hingga mencapai dimensi tidak
bunting (involusi), involusi pada sapi memakan waktu yang cukup lama yaitu 60
hari, sedangkan pada babi hanya 30 hari.
- Pada diestrus
Diestrus adalah bagian dari siklus birahi dimana hewan betina tidak tidak
bunting, karena telur yang masuk uterus tidak dibuahi spermatozoa, telur yang
tidak dibuahi kemudian mati dan diabsorpsi oleh endometrium, setelah resorbsi,
endometrium mempersiapkan diri untuk peristiwa-peristiwa selanjutnya yaitu
estrus sekresi cairan untuk kapasitasi spermatozoa dan persiapan implantasi.
4. Serviks
Servik adalah urat daging sphincter yang terletak diantara uterus dan
vagina, yang merupakan pintu masuk ke dalam uterus karena dapat terbuka dan
tertutup tergantung pada siklus birahi hewan. Cervix atau leher uterus
merupakan suatu otot sphincter tubuler yang sangat kuat dan terdapat antara
vagina dan uterus. Dindingnya lebih keras, lebih lebar dan lebih kaku daripada
dinding-dinding uterus atau vagina. Hal ini lebih
jelas pada hewan-hewan primipara dari pada pluripara. Dinding servik terdiri
atas mucosa, muskularis, dan serosa. Mucosa cervix tersusus dalam
lipatan-lipatan utama yang sebaliknya mengandung lipatan sekunder kecil.
Sel-sel yang menghasilkan mucus pada mucosa mempunyai permukaan sekretoris yang
luas, aktivitas sekretorisnya yang tertinggi ditemukan pada saat estrus. Servik
umumnya menonjol ke caudal ke dalam vagina, servik dikenal dari dindingnya yang
tebal dan lumen yang merapat, walaupun struktur servik berbeda-beda antara
ternak-ternak mamalia, dindingnya ditandai oleh berbagai penonjolan-penonjolan.
Pada ruminansia pernonjolan-penonjolan ini terdapat pada bentuk lereng-lereng
transversal dan saling menyilang, disebut cincin annuler yang berkembang
sampai derajat yang berbeda pada species yang berbeda pula. Cincin-cincin ini
sangat nyata pada sapi (biasanya 4 buah) dan pada domba, yang dapat menutup
rapat cervik secara sempurna. Pada babi cincin-cincin tersebut berbentuk sekrup
pembuka botol yang disesuaikan dengan perputaran spiralis ujung penis babi
jantan, pada servik kuda terdapat lipatan-lipatan mucosa yang nyata dengan
penonjolannya yang memanjang ke dalam vagina.
Struktur cervix berbeda diantara
spesies ternak mamalia, namun dindingnya ditandai oleh berbagai lipatan
ongitudinal (membujur).Lipatan ini membentuk lereng-lereng yang nyata yg
mengelililingi bagian dalam cervix, jumlahnya 3 - 4, satu lipatan berada
dibelakang lipatan lain/lipatan tersebut dapat membetuk spiral yg tidak
tertatur.
Dinding servix terdiri dari
mucosa , muskularis dan serosa. Mucosa servik tersusun dalam lipatan-lipatan
utama, yang sebaliknya mengandung lipatan-lipatan sekunder kecil. Sel-sel yang
menghasilkan mucus pada mucosa mempunyai permukaan sekretoris yang luas,
aktivitas sekretorisnya yang tertinggi ditemukan pada waktu estrus, pada waktu
berahi mucus cervix terdapat dalam keadaannya yang paling tidak kental.
Muskularis sangat kaya akan kolagen dan jaringan elastik dan mengandung juga
otot licin, lapisan otot sirkuler dibagian dalam sangat berkembang dan
membentuk bahan utama lipatan-lipatan anuler.
Fungsi servik
antara lain adalah :
1. Menutup lumen uterus sehingga tidak memberi kemungkinan untuk masuknya
jasad mikroskopik dan makroskopik ke dalam uterus
2. Menghasilkan cairan, khususnya pada waktu birahi yang berfungsi memberi
jalan spermatozoa, karena sperma yang berkualitas baik yang mampu menembus
servik
3. Mencegah terjadinya abortus, karena adanya cairan lengket (sekretum)
yang merupakan sumbat pada carnalis servicalis sesaat sebelum kelahiran.
4. Sebagai pintu gerbang dari uterus saat fetus dilahirkan.
5. Vagina
Vagina adalah organ kelamin
betina dengan struktur selubung muskuler yang terletak di dalam rongga pelvis
dorsal dari vesica urinaria, dan berfungsi sebagai alat kopulatoris dan sebagai
tempat berlalu bagi fetus sewaktu partus. Vagina mempunyai kesanggupan
berkembang yang cukup besar. Vagina terbagi atas bagian Vestibulum yaitu
bagian ke sebelah luar yang berhubungan dengan vulva, Portio vaginalis
cervicis yaitu bagian ke sebelah dalam cerviks.
Legokan yang dibentuk oleh
penonjolan cervik ke dalam vagina disebut fornix. Fornix dapat membentuk
lingkaran penuh sekeliling cervix seperti pada kuda atau tidak ada sama sekali
seperti pada babi. Suatu fornix dorsal ditemukan
pada sapi dan domba.
Ujung caudal vagina berbatasan tepat
cranial dari muara uretra di daerah hymen. Hymen adalah suatu kontriksi
sirkuler antara vagina dan vulva. Hymen dapat menetap dalam berbagai derajat
pada semua species, dari suatu pita sentral tipis dan vertikal sampai suatu
struktur yang sama sekali tidak tembus (hymen imperforata). Sekitar 14
persen sapi-sapi dara memiliki sisa-sisa hymen, yang biasannya menghilang
sesudah kopulasi atau kelahiran, lipatan-lipatan hymen yang jelas ditemukan
pada kuda.
Dinding vagina terdiri dari
mucosa,muskularis dan serosa. Selaput lendir terdiri dari sel-sel epithel tak
berkelenjar, bersusun dan squamous, kecuali pada sapi, pada sapi, beberapa sel
mucous terdapat di bagian cranial dekat cervik dan permukaan epithel tidak
berkornifikasi, mungkin karena kadar estrogen yang rendah dalam sirkulasi
darah. Perubahan-perubahan siklik yang terjadi pada epithel vagina dapat
diikuti dengan tehnik preparat ulas bahan vaginal. Akan tetapi tehnik ini hanya
jelas pada hewan-hewan yang bersiklus birahi pendek seperti tikus.
Selubung muskuler vagina tidak
berkembang baik sebaik bagian luar uterus. Terdiri dari selapis sirkuler tebal
di bagian dalam dan selapis tipis luar, lapisan terakhir bersambung sampai
jarak tertentu ke uterus, sapi khas memiliki otot sphincer cranial disamping urat
otot sphincer caudal (pada tempat pertemuan vagina dan vestibulum) yang
ditemukan pada ternak mamalia yang lain. Lapisan muskularis cukup baik disuplai
dengan buluh-buluh darah, berkas-berkas syaraf, kelompok-kelompok kecil sel-sel
syaraf dan jaringan ikat longgar dan padat.
Lapisan muskulatur di bagian
vagina terdiri dari dua lapis yaitu:
1. Lapis memanjang (longitudinal)
tipis merupakan lapisan luar.
2. Lapis lingkar (circulair) agak tebal , berada di bagian dalam.
Diantara kedua lapisan
muskulatur, terdapat tenunan ikat longgar maupun padat, yang banyak terdapat
flexus-flexus vena dan kelompok sel syaraf perasa. Pada hewan betina dara
terdapat selaput tipis yang merupakan sekat antara vestibulum vaginae dan
portio vaginalis cervicis yang disebut Hymen. Pada umumnya hymen karena
tipisnya robek dan hilang pada waktu hewan mencapai dewasa.
6. Alat Kelamin Bagian Luar
Alat kelamin bagian luar terbagi
atas vestibulum dan vulva.Vulva terdiri atas labia majora, labia minora,
commisura dorsalis dan ventralis dan clitoris, vulva dan vestibulum tidak
timbul dari saluran paramesonephrik primitive tetapi berasal dari entoderm
sinus urogenitalis dan ektoderm embrional. Pada permukaan vulva terdapat banyak
kelenjar kulit, semua bagian alat kelamin luar yaitu klitoris dan vulva
mempunyai banyak ujung-ujung syaraf perasa. Syaraf perasa ini berperan penting
pada waktu kopulasi yaitu klitoris dapat sedikit berereksi karena mengandung
sepasang unsur cavernus yang kecil, vulva dapat menjadi tegang karena
bertambahnya volume darah yang mengalir ke dalamnya. Labia atau bibir vulva
secara normal selalu dekat berdampingan, tidak menganga, dan lubang vulva
terletak tegak lurus terhadap lantai pelvis.
Pertemuan antara vagina dan
vestibulum ditandai oleh muara urethra externa, orificum urethrae externa,
dan sering pula oleh lereng hymen. Posterior dari
muara urethra pada lantai vestibulum terdapat satu kantong buntu, diverticulum
suburethralis yang ditemukan di sapi, domba dan babi. Kelenjar-kelenjar
bartholini yang menghasilkan cairan kental, sangat efektif sewaktu estrus,
mempunyai struktur tubo-alveoler serupa dengan kelenjar-kelenjar
bulbo-urethralis pada hewan jantan. Vestibulum mempunyai beberapa otot sirkuler
atau seperti sphicter yang menutup saluran kelamin terhadap dunia luar.
Otot-otot ini bertaut pada m. Sphicter anni pada vertebraecoccigae dan sacral
terakhir. Jadi selama partus, vestibulum berfungsi sebagai tempat tumpuan
pertautan bagi seluruh saluran kelamin yang berkontraksi sewaktu mengeluarkan
foetus.
Labia atau bibir vulva secara normal selalu dekat berdampingan, tidak
menganga, dan lubang vulva terletak tegak lurus terhadap lantai pelvis. Dinding
labia majora banyak mengandung kelenjar-kelenjar sebaceous dan tubuler,
deposit-deposit lemak, jaringan elastic dan selapis tipis otot licin, dan
mempunyai struktur permukaan luar yang sama seperti kulit. Labia minora adalah
bibir yang lebih kecil dengan jaringan ikat di dalamnya. Commisura ventralis
menutupi clitoris, suatu struktur yang homolog dan mempunyai asal embriologik
yang sama dengan penis, pasa kebanyakan ternak, clitoris berukuran panjang
kira-kira 5-10 cm, tetapi seluruhnya praktis tersembunyi di dalam jaringan
antara vulva dan arcus ischiadieus. Clitoris
terdiri dari jaringan erektil yang banyak ujung-ujung syaraf sensoris. Pada sapi sebagian besar clitoris terkubur di dalam mucusa vestibulum. Pada
kuda clitoris berkembang baik, sedangkan pada babi berbentuk panjang dan
berkelok, berakhir pada suatu titik atau puncak kecil.
BAB IV
KESIMPULAN
v Secara anatomi,
alat kelamin betina dapat dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu 1) Ovarium, 2)
saluran reproduksi ( oviduct, uterus, servix, dan vagina), dan 3) alat kelamin
luar ( klitoris dan vulva)
v Organ-2
Reproduksi Betina & Fungsi Utamanya
Organ
|
Fungsi(-fungsinya)
|
Ovary
|
Produksi
gamet/sel benih (ovum, tunggal: sel telur); ova, jamak: sel-sel telur),
produksi estrogen oleh folikel Graaf, produksi progestin oleh corpus luteum
|
Oviduct
|
Transpor gamet (spermatozoa & oocyte), tempat pembuahan
|
Uterus
|
Menahan & memberi makan embrio & fetus
|
Cervix
|
Melindungi uterus dari kontaminasi mikroba, penyimpan semen dan transpor
spermatozoa, tempat deposisi semen saat kawin alam (babi, kuda)
|
Vagina
|
Organ kopulasi, tempat deposisi semen saat kawin alam (sapi, kambing,
domba), saluran kelahiran
|
Vulva
|
Lubang
luar (eksterior) saluran reproduksi
|
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Anonimolus.2009, http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/tampilan_berahi_dan_tingkat_kesuburan_sapi_bali_timor.pdf
Frandson.R.D. 1986, Anatomi dan fisiologi ternak. Yogyakarta:
Gadjahmada
university press.
Siregar. Tongku N. 2006, Fisiologi Reproduksi Hewan Betina.
Banda Aceh :
Fakultas
Kedokteran Hewan Unsyiah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar