Selasa, 28 Mei 2013


Membuat Sediaan Oles Spermatozoa

BAB I
Pendahuluan

Mikroteknik merupakan ilmu yang mempelajari tenik pembuatan sediaansecara mikroskopis. Dalam mikroteknik, sediaan yang dibuat berbahan dasar sel.Sel yang digunakan yaitu sel hewan dan sel tumbuham. Mikroteknik semakin berkembang dewasa ini. banyak metode yang digunakan untuk pembuatan sediaantergantung bahan yang akan digunakan. sel hewan yang kebanyakan digunakanuntuk pembuatan sediaan dengan metode smear ataupun embedding dan seringkali pula dengan metod whole mount. 

Sedangkan sel tumbuhan kebanyakan dibuat dengan menggunakan metode yang lebih ringan dari pada sel hewan karena struktur sel hewan  tubuhan yang berbeda. Praktikum inidilakukan karena ingin mengetahui cara atau teknik-teknik pembuatan sediaanmetode oles. Salah satu metode yang digunakan dalam pembuatan sediaan mikroskopis adalah metode oles (smear method). Metode oles adalah suatu cara membuat sediaan mikroskopis dengan jalan mengoles atau membuat selaput tipis dari bahan yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas obyek, dimana metode ini biasanya digunakan pada pembuatan sediaan darah; spermatozoa; cairan haemolimfe belalang; protozoa; mukosa mulut; dan mukosa vagina.

Metode Oles dapat pula digunakan dalam pemeriksaan sitologi konvensional atau dikenal dengan Pap Smear yang artinya pemeriksaan untuk melihat sel-sel leher rahim dimana sampel diambil melalui vagina, kemudian di usapkanpadakacabenda, lalu diwarnai, untuk kemudian dilihat di bawah mikroskop olehseorang dokter ahli Patologi Anatomi. Namun, dalam paktikum ini metode oles digunakan dalam pemeriksaan spermatozoa saja yang cara kerjanya hampir sama dengan pemeriksaan untuk melihat sel-sel leher rahim. 
1.      Tujuan

Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui bentuk dari pada sperma dan dapat membedakan bentuk sperma yang normal dan abnormal.

2.      Manfaat

Mahasiswa mengetahui bentuk normal  dan abnormal dari sperma, guna untuk bidang medic dalam mendeteksi penyakit, ataupun dalam memilih bibit/sperma unggulan.

BAB II
Tinjauan Pustaka

Salah satu upaya yang mungkin dilakukan untuk mempertahankan kualitas spermatozoa epididimis selama proses kriopreservasi (pembekuan) adalah dengan menambahkan gula (karbohidrat) ke dalam larutan pengencer. Gula berfungsi sebagai substrat bagi sumber energi dan krioprotektan ekstraseluler, sehingga dapat melindungi dan menunjang kehidupan spermatozoa selama proses pengolahan. Gula telah terbukti mampu memperbaiki kualitas semen beku (spermatozoa ejakulat), seperti sukrosa pada semen beku sapi, trehalosa dan EDTA pada semen beku domba Pampinta, serta dextrosa,
rafinosa, trehalosa, dan sukrosa pada semen domba Garut (Yulnawati, 2005).

Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal daribahasa Yunani kuno: σπέρμα yang berarti benih, dan ζον yang berarti makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi laki-laki. Sel sperma akan membuahi ovum untuk membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio.

Sel sperma manusia adalah sel sistem reproduksi utama dari laki-laki. Sel sperma memiliki jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Sel sperma manusia terdiri atas kepala yang berukuran 5 µm x 3 µm dan ekor sepanjang 50 µm. Sel sperma pertama kali diteliti oleh seorang murid dari Antonie van Leeuwenhoek tahun 1677.

Sperma berbentuk seperti kecebong, dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu: kepala, leher dan ekor. Kepala berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nucleus). Bagian leher menghubungkan kepala dengan bagian tengah. Sedangkan ekor berfungsi untuk bergerak maju, panjang ekor sekitar 10 kali bagian kepala (Wikipedia, 2012).

Spermatozoa adalah sel gamet jantan yang diproduksi pada proses spermatogenesis yang terjadihanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes(Susilawati, 2011).

Spermatogenesis bermula dengan terjadinya proses pembelahan pematangan pertama dimanakromosom ayah dan ibu terbagi untuk dua sel anak (spermatosid II) yang kemudian membelahmenjadi spermatid dan melalui pembelahan pematangan kedua akan dihasilkan empat sel sperma (Rohen, 2009).



sperma yang kelainan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu cacat bawaan dari lahir, kegagalan testis untuk turun ke skrotum, pemaparan bahaya seperti sinar-x,radioaktivitas, beberapa gangguan genital, kondisi panas disekitar testis dan stres emosional (Alam, 2007). 

BAB III
Metode Percobaan

 1.  Alat dan Bahan
a.       Mikroskop
b.      Cawan petri
c.       Spermatozoa sapi dan tikus
d.      Objek glass
e.       Giemsa atau eosin
f.       NaCl

 2.  Cara Kerja
a.       Ambillah cairan yang mengandung spermatozoa yang berasal dari sapi dan tikus.
b.      Jika cairan itu pekat larutkan dengan NaCl fisiologis, kemudian teteskan cairan pada objek glass yang bersih. Dengan objek glass yang lain dioleskan setipis mungkin dan fiksasi dengan cara melewatkannya di atas api.
c.       Warnai dengan giemsa atau eosin, selama 3 – 5 menit. Cuci dengan air mengalir. selanjutnya keringkan kembali, periksa dibawah mikroskop.


BAB IV
Hasil dan Pembahasan

1.      Hasil

Hasil dari pengamatan sperma sapi dan tikus di peroleh hasil yakni sebagai berikut:
Struktur spermatozoa dapat di bagi dalam 3 bagian yaitu:
·         Kepala
·         Leher/ mid piece
·         Ekor/ flagel
Perbedaan yang tampak sangat signifikan antara sperma sapi dan sperma tikus yakni terletak pada bagian kepalanya. pada sperma sapi terlihat berbentuk oval seperti buah pir dan ekornya tidak panjang seperti sperma tikus, sedang pada sperma tikus berbentuk seperti mata kail dan memiliki ekor yang panjang.                             
A. Gambar sperma sapi



B. Gambar sperma tikus.







Gambar bagian-bagian sperma

2. Pembahasan

Dari pengamatan yang dilakukan, maka pada bagian:

Kepala

Pada sperma sapi, bentuknya sama seperti sperma manusia. Bentuk kepala yaitu oval atau elips, sehingga terlihat berbentuk seperti buah pir. pada bagian ini, dua pertiga anterior dilindungi oleh lapisan yang dimodifikasi protoplasma, yang dinamakan kepala-topi. Dalam beberapa binatang, bagian ini termodifikasi menjadi berduri seperti tombak-proses atau perforator, yang berfungsi untuk memudahkan masuknya spermatozoa ke dalam ovum. Tapi, ada pula bentuk kepala sperma yang seperti mata kail, seperti pada sperma tikus. Bagian posterior kepala menunjukkan ketertarikan untuk reagen tertentu, dan menyajikan penampilan lurik melintang, karena dilintasi oleh tiga atau empat band gelap. Dalam beberapa hewan rodlike sentral filamen memanjang ke depan selama sekitar dua-pertiga dari panjang kepala, sementara di lain tubuh bundar terlihat di dekat pusatnya. Kepala berisi massa kromatin, dan umumnya dianggap sebagai inti sel dikelilingi oleh amplop tipis. Di dalam kepala sperma terdapat acrosome, dan nucleus yang di dalamnya terdapat DNA dan RNA yang membawa gen keturunan.

Leher/ mid piece

Leher kurang terbatas dalam spermatozoa manusia dibandingkan pada mereka dari beberapa hewan yang lebih rendah. Anterior sentriol, yang diwakili oleh dua atau tiga partikel yang bulat, terletak di persimpangan kepala dan leher, dan di belakangnya adalah sebuah band dari substansi yang homogen, yang menghubungkan tubuh bagian atau batang seperti, dan dibatasi oleh terminal belakang disk. Sentriol posterior ditempatkan di persimpangan tubuh dan leher dan, seperti anterior, terdiri dari dua atau tiga partikel bulat. Sentriol ini aksial filamen, dikelilingi oleh selubung, berjalan mundur melalui tubuh dan ekor. Dalam selubung tubuh dari filamen aksial dikelilingi oleh benang spiral, sekitar yang merupakan amplop yang berisi butir mitokondria, dan mitokondria disebut selubung.
Ekor/ flagel

Ekor yang sangat panjang, dan terdiri dari benang atau aksial filamen, dikelilingi oleh sarungnya, yang mungkin berisi spiral benang atau mungkin menyajikan penampilan lurik. Bagian terminal atau akhir-potongan ekor terdiri dari filamen aksial saja. Ekor  pada sperma berfungsi sebagai alat gerak.

Ada pula Sperma yang abnormal yaitu memiliki ciri-ciri mempunya 2 kepala atau dua ekor, ada juga yang tanpa kepala atau ukuran dari kepala sperma tersebut lebih besar dari pada ukuran normal kepala sperma. Sperma yang abnormal ini biasanya berdampak infertilitas pada ovum. Namun apabila terjadi fertilisasi besar kemunkinan akan melahirkan individu yang cacat.


BAB V
Penutup

1. Kesimpulan

·         Struktur sperma terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, leher dan ekor.
·         Pada bagian kepala sperama terdapat acrosome dan DNA dan juga RNA yang terdapat di dalam nucleus untuk pewarisan gen keturunan.
·         Kepala Sperma berbeda-beda bentuknya sesuai dengan jenis hewannya.
·         Pada bagian leher/mid piece terdapat butir mitokondria yang di sebut selubung.
·         Ekor yang terdapat pada sperma berfungsi sebagai alat gerak sampai menuju ovum.
·         Sperma yang abnormal biasanya tidak bisa memfertilisasi ovum. Apabila sperma abnormal ini memfertilisasi ovum maka besar kemungkinan akan melahirkan individu yang cacat.




2.      Saran
Diharapkan lebih banyak preparat sperma hewan yang berbeda spesiesnya digunakan dalam praktikum ini, sehingga mahasiswa dapat membedakan lebih jauh tentang perbedaan sperma antar spesies hewan.


DAFTAR PUSTAKA





Alam,Syamsir.2007. Infertil. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama

Rohen, Johannes W. dan Drecoll, EL.2009. Embriologi Fungsional. Jakarta:Buku Kedokteran EGC

Susilawati,Trinil.2011. Spermatologi. Malang:UB Press

Wikipedia. 2012. Spermatozoid. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Spermatozoid., diakses 21 Mei 2012)

Yulnawati, Setiadi MA. 2005. Motilitas dan keutuhan membran plasma spermatozoa epididimis kucing selama penyimpanan pada suhu 4°C. Journal Medic Veteriner. 21:100-104

Cara Mengukur Panjang Foetus

BAB I
Pendahuluan

Latar belakang
Reproduksi merupakan suatu bagian penting dalam memajukan usaha peternakan. Reproduksi ternak adalah suatu sistem tubuh ternak yang secara fisiologik tidak vital bagi kehidupan invidual tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa ternak. Mengetahui bentuk dari tubuh fetus dan cara pengaturan asupan nutrisi dari induk ke fetus merupakan hal yang penting dalam bidang medic kedokteran hewan.   

Kelayakan dari seekor ternak dalam hal ini ternak betina dalam suatu usaha peternakan dapat dilihat dari kemampuannya menghasilkan anak yang hidup dan sehat. Kemampuan ini sangat tergantung pada keseimbangan dan interaksi beberapa faktor selama periode kebuntingan, baik yang berasal dari induk maupun dari embrio yang dikandung. Kebuntingan dimulai sejak bersatunya sel kelamin jantan (spermatozoa) dan sel kelamin betina (ovum) menjadi sel baru yang dikenal dengan istilah zigot.

Secara garis besar, perkembangan janin pada seekor sapi betina melalui tiga tahap yaitu periode ovum, embrio, fetus sampai partus atau kelahiran. Periodeovum merupakan periode yang dimulai dari fertilisasi sampai terjadinyaimplantasi. Setelah fertilisasi ovum akan mengalami pembelahan (di ampullaisthmus junction) menjadi morulla. Pada sapi masuknya morula ke dalam uterusterjadi pada hari ke 3-4 setelah fertilisasi. Periode embrio atau organogenesis merupakan suatu periode ketika sel-sel berada dalam proses pembentukan organ-organ spesifik dalam tubuh embrio, periode dimulainya implantasi sampai saat dimulainya pembentukan organ tubuh bagian dalam. Pada sapi berkisar hari ke12-45. Sedangkan periode fetus dimulai dari terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam, terbentuknya ekstremitas, hingga lahir, pada sapi terjadi pada hari ke 45.

Embrio dan fetus berkembang mengikuti suatu pola tertentu. Pada awalnya, jumlah sel meningkat diikuti oleh diferensiasi dan perkembangan berbagai sistem organ. Walaupun demikian, pola perkembangan tersebut dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti potensi genetika dari tetua, status nutrisi induk, temperatur lingkungan, ukuran induk, jumlah anak per kelahiran serta lingkungan uterus.

Apabila terjadi abortus pada sapi, dan kita ingin meneliti umur serta hal-hal lain tentang perihal kematian fetus, hal yang pertama yang harus di lakuakan adalah mengukur beberapa bagian dari fetus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui umur dari pada fetus. umur dari fetus dapat di tentukan dari pengukuran panjang fetus dengan perhitungan tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, sebagai mahasiswa Kedokteran Hewan sangat perlu untuk memahami mempelajari tentang fetus serta cara pengukuran panjang tubuhnya. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa metode pengukuran dari fetus, dan juga nama-nama bagian dari fetus.


















1.      Tujuan

Diharapkan mahasisiwa dapat  mengetahui cara penghitungan umur dari preparat yakni fetus sapi dengan cara menghitung panjang bagian-bagian tubuh fetus.

2.      Manfaat

Mahasiswa dapat mengetahui umur dari preparat yakni fetus sapi dengan cara menghitung panjang bagian-bagian tubuh fetus.













BAB II
Tinjauan Pustaka

Periode ini di mulai dari terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam,terbentuknya ekstremitas, hingga lahir. Pada sapi periode ini terjadi pada hari ke45 dan selama periode ini terjadi perubahan dan diferensiasi organ, jaringan, dansistem tubuh (Toelihere, 1979).

Kriteria utama untuk menentukan umur fetus adalah waktu kopulasi danovulasi, atau berat dan panjang fetus, suatu pengukuran yang diambil dari ujunghidung sampai ujung ekor melalui punggung pada suatu daratan sagital. Panjangkaki atau kepala dipakai dalam penentuan umur fetus sapi. Semua metode inidapat bervariasi karena waktu ovulasi yang tepat tidak dapat ditentukansedangkan pengukuran berat dan panjang fetus tergantung pada bagian bangsa,strain, umur induk, ukuran litter dan musim kelahiran.

Suatu metode ideal untuk menentukan umur fetus hendaknya berpatokanpada diferensiasi dan perekembangan struktur-struktur embrional dan fetal yang dinamakan horizon perkembangan. Akan tetapi informasi ini tidak tersedia untuk ternak mamalia.

Pertumbuhan fetus dalam masa kandungan dipengaruhi oleh banyak factordari dalam mauPun dari luar yakni bangsa , induk dan cara pemberian makanan.Untuk pemeriksaan umur fetus sapi di rumah-rumah potong setelahinduknya disembelih sering perluh dilakukan perkiraan umur masa kebuntingandengan cara visual atau dengan cara pengamatan.

Akibat berat cairan allantois setelah kebuntingan 3 bulan, maka uterusmasuk kedalam abdomen. Cerviks tertarik kearah tepi pelvisdan karena berat dariuterus maka cerviks menempel erat pada dasar pelvis. Penentuan kebuntinganyang lebih meyangkinkan diperlukan, perabaan fetus, cotyledon atau fremitus.

Perubahan fetus tergantung dari besar dan letaknya. Hal ini mungkin dapat dilakukan pada semua umur kebuntingan. Pada masa kebuntingan dapat dilakukanpada semua umur kebuntingan. Pada masa kebuntingan antara 5 dan 7 bulan(khusunya antara 5-6.5 bulan) fetus sering tidak dapat diraba karena: terletak jauh kedepan dan ke bawah (Naufal, 2012).

Sumber glukosa untuk fetus berasal dari glukosa yang terdapat dalammakanan yang dikosumsi oleh induk , simpangan glikogen hati dan dari depotl emak, sedangkan pada hewan yang mengalami kelaparan, berasal dari pemecahan protein. Jumlah glukosa yang tersedia untuk fetus tergantung pada kosentrasinyadi dalam aliran darah induk, yang dipelihara oleh complex control system yang meliputi beberapa organ endokrin. Di sisi lain, level glukosa maternaldipertahankan oleh absorbsi glukosa dari usus dan oleh aksi growth hormone, cortikosteroid, catecholamines dan glukagon yang meningkatkan glukoneogenesisdan membebaskan glukosa dari glikogen, sebaliknya peningkatan kosentrasiglukosa di atas level yang normal dicegah oleh insulin dengan meningkatkanpemecahan glukosa otot menjadi glikogen atau lemak. Sistim ini mengatur suplaiglukosa yang tepat pada keadaan stres secara luas. Hormon-hormon kebuntinganmungkin untuk fetus (Sukra, 2000).
Fetus adalah hasil akhir dari suatu proses diferensiasi secara teratur yangmerubah zigot bersel 1 menjadi suatu reflikasi dari jenis hewan yangbersangkutan. Selama permulaan cleavage pada suatu sel telur yang telah dibuahi,ukuran sel tersebut berkurang secara progresif dengan sedikit perubahan bentuk.Selama akhir perkembangan embrional ukuran sel tidak merubah secara nyatasedangkan jumlah sel bertambah (Feradis, 2010).

Kebutuhan embrio dan feotus disuplai dan diusahakan sebagai berikut :air, oksigen dan zat-zat makanan diambil dari struktur-struktur induk seperti uterus dan pertautan placenta, darah induk yang dibawa keembrio dan feotus melalui kantong kuning telur, chorion amniotik dan chorioallantois. Kedua struktur tersebut terdahulu berkembang pada awal kehidupan embrio dan hanya berfungsi untuk suatu periode yang singkat selama beberapa minggu sampai chorioallantois berkembang. Bahan sisa dari embrio dan feotus seperti karbondioksida dan urea dieliminer melalui struktur yang sama. Rongga allantois meyimpan bahan sisa dari ginjal fetus. Usus besar dan rektum fetusmeyimpan bahan sisa dari saluran pencernaan sebagai meconium. Cairan foetal memungkinkan pertumbuhan dan pergerakan fetus dengan memperluas lumenuterus (Thatcher et al, 1986).




















BAB III
Metode Percobaan

1.   Alat dan Bahan
a.       Preaparat foetus Sapi atau kambing yang masih di dalam pembungkus foetusnya
b.      Bak aluminium
c.       Scalpel dan gunting bedah
d.      Tali
e.       Penggaris
f.       Air

2.   Cara Kerja
a.       Preparat foetus sapi atau kambing yang akan diperiksa di keluarkan dari dalam toples yang berformalin. Kemudian dibersihkan dengan air mengalir agar baunya tidak menyengat.
b.      Preparat foetus sapi atau kambing di letakkan di bak aluminium.
c.       Keluarkan foetus dari dalam pembungkusnya.
d.      Amati bagian-bagian dari foetus dan pembungkusnya tersebut.
e.       Lalu ukur panjang foetus tersebut dengan menggunakan tali, yang di dekatkan pada tubuh Foetus. Lalu tali tersebut di ukur menggunakan rol.

Pengukuran dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
·         Curved Crown-Rump Methode
Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang saluran tubuh foetus dimulai dari pangkal ekor membentuk garis curva sampai “forehead”.
·         Stright Crown-Rump Methode
Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur panjang tubuh foetus mulai dari pangkal ekor membentuk garis lurus sampai “forehead”.












BAB IV
Hasil dan Pembahasan

1. Hasil
        
         Hasil dari praktikum ini adalah ditemukan bagian-bagian dari pada fetus. Bagian-bagiannya antara lain yaitu:
·         Allantois
·         Amnion
·         Korion
·         Liquor amnii
·         Plasenta
·         Tali pusat

Adapun hasil dari pengukuran panjang tubuh hewan  kambing yang kami amati dengan metode CCR dan SCR yakni sebagai berikut:
CCR methode
Tubuh
Badan tampa kepala
Kepala
Kepala smpai ekor
Kaki depan
Kaki belakang
14,9 cm
10,2 cm
5 cm
14,9
6 cm
6,9 cm



            CCR methode
Tubuh
Badan tampa kepala
Kepala
Kepala smpai ekor
Kaki depan
Kaki belakang
10 cm
9,4 cm
2,3 cm
14,9
5 cm
6 cm


2. Pembahasan
·          Membran fetus

            Fungsi membran fetus adalah : melindungi fetus, sebagai sarana transport nutrisi dari induk ke fetus, sarana penampung sisa hasil metabolisme, tempat sintesa enzim dan hormone.  Membran atau selaput fetus terdiri dari : kantong kuning telur primitif, amnion,  alantois dan korion atau tropoblas.

Amnion, kantong amnion mengandung cairan amnion. Volume cairan amnion pada sapi : 2000-8000 . Sumber cairan amnion yaitu epitel amnion dan urine fetus (awalnya), air ludah dan sekresi nasopharynk.  Cairan ini membantu kelahiran karena licin seperti lendir, membersihkan saluran fetus, membantu pergerakan. Nama cairan ini adalah liquor amnii.

           Allantois,  kantong allantois berisi cairan allantois yang jernih seperti air, kekuningan dan mengandung albumin, fruktosa dan urea. Kantong allantoin : menyimpan zat buangan dari ginjal fetus. Volume cairan allantois akhir masa kebuntingan pada sapi : 4000-15000 ml.
 Korion, merupakan lapisan terluar dari membrane fetus yang berhubungan langsung dengan endometrium.

·          Plasenta

            Plasenta terdiri dari dua bagian, yaitu Plasenta fetus (korio-alantois) disebut juga kotiledon dan plasenta induk (endometrium) disebut juga karunkula. Penggabungan karunkula dengan kotiledon disebut plasentom. Peranan / fungsi plasenta :mensintesis zat-zat yang diperlukan fetus, menghasilkan enzim dan hormon (P4 dan E) serta menyimpan dan mengkatabolisir zat-zat lain.

            Ada pun cara mengetahui umur dari fetus sapi tersebut adalah sebagai berikut:
Panjang badan fetus pada sapi dan sapi sesuai umur kebuntingan

      Kebuntingan
Panjang badan sapi
 (bulan)
(cm)
---------------------------
-------------------------------
1
09 - 1.0
2
4 – 7.5
3
10 – 14
4
15 – 25
5
25 – 34
                6
35 – 60
7
55 – 70
8
60 – 80
9
80 – 90
10
70 – 130
11
100 – 150

Jadi, umur dari preparat sapi apa bila di hitung menggunakan metode CCR dan SCR adalah sekitar 6 bulan.




















BAB V
Penutup

1. Kesimpulan

·          Bagian-bagian fetus terbagi dua, yakni membrana fetus dan plasenta tidak termasuk dengan fetus tersebut.
·          Membrana fetus terbagi atas beberapa bagian yaitu kantong kuning telur primitif, amnion,  allantois dan korion atau tropoblas.
·          Plasenta terbagi menjadi dua, yaitu plasenta fetus (kotiledon) dan plasenta materna (karankula).
·          Ada dua cara mengetahui umur dari fetus yakni Curved Crown-Rump Methode dan Stright Crown-Rump Methode
·          umur dari preparat sapi apa bila di hitung menggunakan metode CCR dan SCR adalah sekitar 6 bulan.

2. Saran
Sebaiknya anggota dalam satu kelompok jangan terlalu banyak, karena akan menyebabkan kurang efisiensinya setiap individu mahasiswa untuk menyerap materi. Sebaiknya dikelompokkan lagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil

DAFTAR PUSTAKA




Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Bandung: Alfabeta

Naufal, M. N. N. 2012. Perkembangan Embrio Sampai Partus.(http://diary veteriner.blogspot.com/2012/02/perkembangan-embrio-sampai-partus.html., diakses 22 Mei 2012)

Sukra, Yuhara. 2000. Wawasan ilmu Pengetahuan Embrio : Benih Masa Depan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.Institut pertanian Bogor. Bogor.

Thatcher, W.W., Bazer F.W., Sharp D.C. and Robert R.M. 1986. Interrelationships between uterus and conceptus to maintain corpus luteum function in early pregnancy : sheep, cattle, pigs and horses. Journal of An. Sci. 62 (2): 25 – 46.

Toelihere, M.R. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa. Bandung.